BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG (PENENTUAN TOPIK)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi membuka efek positif bagi perkembangan dunia usaha sehingga para
pengusaha dalam memperluas volume kegiatan usahanya. Perkembangan dunia usaha
tersebut akan membawa pengusaha ketingkat persaingan yang lebih ketat. Hal ini,
menuntut agar perusahaan dapat dikelola secara efektif. Dengan demikian,
keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang
laporan keuangan, maka perlu diingat bahwa laporan keuangan suata perusahaan
terdiri atas ;
1.
Neraca
2.
Laporan Laba/Rugi
3.
Laporan Perubahan Modal
4.
Laporan Arus kas
Dalam perseroan terbatas apabila laba (rugi) suatu
perusahaan tidak di pindahkan langsung ke akun modal, maka di kenal laporan
perubahan laba di tahan. Oleh karena itu laporan perubahan modal perusahaan
jenis ini agak berbeda. Laporan perubahan modal pada perseroan terbatas hanya memperlihatkan jumlah serta
nilai saham yang beredar, misalnya bertambahnya modal yang disetor. Pertambahan
nilai kekayaan bersih Karena laba dan penurunan disebabkan oleh pembagian laba
kepada pemilik modal dalam bentuk deviden. Dalam hal ini, di laporkan dalam
“Laporan Perubahan Laba Ditahan”.
Perlu juga di ingat bahwa laporan keuangan suatu perusahaan
merupakan hasil akhir siklus akuntansi. Laporan keuangan perusahaan disusun
setiap akhir periode dan didalam laporan keuangan tersebut terdapat
informasi-informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk kebijakan
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan sangatlah penting bagi
pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut,
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yaitu :
1.
Pemilik perusahaan,
2.
Kreditur/kreditor,
3.
Investor,
4.
Manajer,
5.
Pemerintah,
Informasi yang relevan untuk satu
pihak mungkin menjadi tidak relevan bagi pihak lain. Tetapi, begitu
kelompok-kelompok yang membutuhkan informasi akuntansi dalam hal ini laporan
keuangan dapat diidentifikasikan dan dapat ditentukan. Jika kedua hal tersebut
telah diketahui, maka dapat diciptakan kerangka sistem informasi akuntansi yang
diperlukan untuk membantu setiap kelompok tersebut dalam membuat penilaian dan
keputusan yang berhubungan dengan tindakan-tindakan pada masa yang akan datang.
Dari laporan keuangan perusahaan tentu para pemakai
informasi keuangan ingin mengetahui apakah perusahaan yang dikelolanya selama
ini berjalan dengan baik. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah berjalan
dengan baik, maka pengelola harus mengetahui kinerja perusahaan yang
dikelolanya, kinerja perusahaan dapat diketahui dengan 3 (tiga) hal yaitu :
1.
Likuiditasi
2.
Solvabilitas
3.
Rentabilitas
Dari ketiga penilaian tersebut diatas salah satunya adalah
likuiditasi. Likuiditasi berhubungan erat dengan masalah kepercayaan kreditor
yang berajangka pendek, artinya semakin tinggi likuiditasi suatu perusahaan,
maka semakin besar kepercayaan kreditor terhadap perusahaan, likuiditas
perusahaan dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar atau aktiva yang
mudah dapat diuangkan dalam jangka pendek.
Likuiditasi dapat dihitung dengan melihat laporan keuangan
suatu perusahaan yaitu neraca karena neraca memuat laporan tentang Asset
(Aktiva) perusahaan dan kewajiaban diantaranya asset lancer dan kewajiaban
lancer yang di jadikan dasar perhitungan tingkat likuiditasi laporan keuangan
suatu perusahaan. Di dalam neraca disajikan terutama dalam hal pengelompokkan
dan penyajiaannya merupakan hal penting karena hal tersebut dapat menunjukkan
informasi-informasi penting yang diperlukan. Dalam neraca sumber daya
perusahaan yang dikelompokkan terdiri dari :
1.
Aktiva : Di kelompokkan kedalam sumber-sumber yang bersifat lancar, investasi dan
tetap maupun yang tidak berwujud,
2.
Kewajiban : Di kelompokkan kedalam sumber-sumber kewajiban yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang,
3.
Modal : Dikelompokkan kedalam modal sendiri dan apa bila perusahaan persekutuan
dapat di tambahkan modal masing-masing sekutu.
PT. Dagang Maju adalah perusahaan yang bergerak di bidang
perusahaan dagang yang merupakan salah satu distributor makanan ringan dan
minuman. Sebagai sampel laporan keuangan yang dipilih yang dijadikan sebagai
objek penelitian, seiring berkembangnya perusahaan PT. Dagang Maju, maka
persoalan-persolan sehingga jika dilihat dari laporan keuangannya dengan
membandingkan Neracanya selama 3 (tiga) tahun berturut-turut yaitu tahun 2007,
tahun 2008 dan tahun 2009, maka dapat di peroleh informasi bahwa perusahaan PT.
Dagang Maju telah Mengalami penurunan tingkat likuiditasi pada tahun 2008 yang
menyebabkan terjadinya penurunan karena perusahaan mengalami kerugian.
Dengan mengurangnya tingkat likuiditasi PT. Dagang maju pada
tahun 2008, di khawatirkan dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan para
kreditor yang berjangka pendek. Sebagaimana dapat berpengaruh juga terhadap
berkurangnya kepercayaan para investor. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Kepercayaan investor dalam hal ini pemilik modal dikatakan berkurang karena
pada tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian sehingga para pemilik modal
terkena dampak dari penurunan likudasi perusahaan tersebut yaitu para pemilik
modal mau tidak mau modalnya telah berkurang.
Menurunnya tingkat likuiditasi PT Dagang Maju dalam arti
menurunnya niali aktiva lancar yang disertai kenaikan kewajiban jangka pendek
dan menurunnya modal masing-masing pemilik merupakan hal buruk yang dapat
menghambat perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap laporan keuangan PT. Dagang Maju, penelitian
dilakukan pada Neraca.
B. IDENTIFIKASI
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukan diatas dan mengingat begitu pentingnya laporan keuangan
suatu perusahaan, maka melakukan analisis laporan keuangan suatu perusahaan
perlu di hitung untuk mengukur sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut
dengan menghitung rasio likuidasi sehingga dapat menjaga kepercayaan para kreditor jangka pendeknya.
Dengan demikian penulis dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam
laporan keuangan neraca PT. Dagang Maju, sebagai berikut :
1. Perbandingan tingkat likuditasi perusahaan
tahun 2007, 2008 dan 2009 dengan melakukan penilaian terhadap naik atau turun
tingkat likudasi tersebut
2. Menurunnya tingkat likuiditasi PT. Dagang
Maju pada tahun 2008,
3. Akibat menurunnya tingkat likuiditasi PT.
Dagang Menyebabkan Menurunnya nilai Asset (Aktiva) Lancar Perusahaan tahun
2008,
4. Hutang lancar (kewajiban lancar) perusahaan
PT. Dagang Maju mengalami kenaikan yang menimbulkan turunnya Modal
masing-masing pemilik pada tahun 2008.
C. BATASAN
MASALAH
Pada penulisan laporan penelitian
laporan keuangan neraca PT. Dagang Maju ini terbatas pada anlisis rasio keuangan
terkait likuiditasi dengan membandingkan tingkat rasio likuiditasi perusahaan
antara tahun 2007, 2008 dan 2009 dan
menurunnya tingkat likuiditasi perusahaan tahun 2008.
D. RUMUSAN
MASALAH
Dari uraian yang dikemukakan
sebelumnya dan mengingat begitu pentingnya analisis rasio keuangan suatu
perusahaan khususnya mengukur tingkat likuidasi perusahaan sebagai penilain
kemampuan perusahaan melunasi hutang-hutang lancarnya. Maka, dalam laporan
penelitian ini dapat dirumuskan masalah yang akan di bahas yaitu “bagaimana
menghitung tingkat likuiditasi PT. Dagang Maju sehingga dapat dilakukan
penilaian terhadap kenaikan maupun penurunan terhadap rasio likuiditasi
perusahaan yang terjadi selama tahun 2007, 2008 dan 2009?”.
E. TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan identifikasi masalah,
batasan masalah rumusan masalah yang
penulis umgkapkan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan tujuan penyusunan
laporan hasil penelitian laporan keuangan ini, yaitu :
1.
Menghitung tingkat likuiditasi pada neraca PT. Dagang Maju untuk tahun 2007,
2008 dan 2009.
2.
Membandingkan tingkat likuiditasi PT. Dagang Maju pada tahun 2007, 2008 dan
2009 dengan melihat neraca perusahaan.
3.
Mengetahui perkembangan perusahaan PT. Dagang Maju dengan membaca informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan neraca untuk tahun 2007, 2008 dan 2009.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. PENGERTIAN
ANALISIS
Salah satu bentuk analisis adalah
merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang
dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-komponen
atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga merupakan bentuk
analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis
berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya
dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Analisis adalah Analisis adalah penguraian
suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan”. Sedangkan dalam kamus akuntansi “Analisis adalah Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi
dari pos-pos atau ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan
yang memungkinkan tentang perbedaan yang muncul”.
Dari kedua definisi tersebut diatas,
penulis dapat membuat suatu kesimpulan bahwa “analisis adalah penguraian dari evaluasi yang dilakukan atas berbagai
pos-pos yang berkaitan dengan bagian yang lain untuk memperoleh pemahaman yang
tepat”.
B. ANALISIS
RASIO KEUANGAN
Analisis rasio merupakan
bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan financial. Hasil dan
analisa ini merupakan dasar untuk dapat mengintrepretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan.
Rasio
merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan
keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa
rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa
tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari
suatu periode-periode berikutnya.
Menurut
Hanafi dan Halim (1996), pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan
kedalam lima macam kategori, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Aktivitas
3. Rasio Solvabilitas
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Pasar .
Kelima
rasio tersebut ingin melihat prospek dan resiko perusahaan pada masa yang
mendatang. Kelima faktor tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap
perusahaan pada masa-masa mendatang.
Untuk
menganalisis laporan keuangan perusahaan, diperlukan ukuran-ukuran tertentu.
Ukuran yang sering digunakan adalah rasio. “Rasio diperoleh dengan
membandingkan satu pos atau elemen laporan keuangan dengan elemen yang lain
dalam laporan keuangan tersebut” (Paton &Litleton,1970).
“Analisis
rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan
laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang
sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.
Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para
calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan
dana”. (Zaki Baridwan, 1997 :17).
Menurut Bambang Riyanto (1992 :
329), “analisis rasio keuangan adalah
proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuah
perusahaan dari data akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari manajer perusahaan yang
diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan”.
Dari kedua
pendapat tersebut diatas penulis adapat mengambil suatu kesimpulan bahwa
Analisis Laporan Keuangan adalah suatu proses/cara yang digunakan untuk
melakukan penilaian terhadap laporan keuangan suatu perusahaan sebagai alat
untuk mengukur kinerja keuangan.
C.
ANALISIS LIKUIDITASI PERUSAHAAN
Likuiditasi mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya
(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).
“Likuiditasi merupakan kemampuan perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan memiliki dana
yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendek/utang lancarnya.
Perusahaan dapat dikatakan Likuid apabila asset lancar yang dimiliki lebih
besar dari utang lancarnya”, Mursal
dalam Skripsinya (2011 : 31).
Sedangkan menurut Agnes Sawir (2005 : 19) “Likuiditasi
adalah perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat
disamakan dengan uang tunai disatu pihak dengan hutang lancar dipihak lain”.
Menurut Wikipedia “Likuiditasi adalah
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain
adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya”.
Dari ketiga definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa “likuiditasi adalah kemampuan
perusahaan untuk membayar utang lancarnya yang dapat diukur dengan cara
membandingkan dengan asset lancar yang dimiliki oleh perusahaan atau yang dapat
diuangkan untuk segera memenuhi kewajiban lancar sudah harus di penuhi”.
D.
TUJUAN ANALISIS LIKUIDITASI
Membantu
manajer finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan
informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari financial statement
dan alat untuk mengukur
kemampuan jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif
terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan)
serta sebagai alat untuk menghitung seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya
(aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus
bisnis).
BAB III
PENGAMATAN
EMPIRIS DAN PENGUMPULAN DATA
A.
PENGAMATAN EMPIRIS
Dalam sains dan metode ilmiah, empiris berarti suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau
konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris berarti data yang dihasilkan dari
percobaan atau pengamatan.Dalam statistika,
kuantitas "empiris" berarti nilai-nilai yang berasal dari pengamatan
atau percobaan. Nilai ini berlawanan arti dengan kuantitas "teoretis"
yang diturunkan dari analisis teoretis.
Dalam penulisan laporan hasil penelitian laporan keuangan
ini, penulis menggunakan data empiris yang penulis peroleh dengan cara
melakukan penelitian lapangan (field research) atau melakukan pengamatan langsung
pada objek yang diteliti yaitu laporan keuangan Neraca PT. Dagang Maju.
B.
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting
dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data
yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini
tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan
ciri-ciri penelitian kualitatif (sebagaimana telah dibahas pada materi
sebelumnya). Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan
data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible,
sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian
demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai dasar pertimbangan
untuk mengambil kebijakan. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, berikut
data laporan keuangan yang diperoleh yang merupakan data empiris yang telah
disajikan selama 3 tahun berturut-turut :
PT. DAGANG MAJU
NERACA
PER31 DESEMBER 2007
ASSET
Asset
lancar
Kas Rp. 45.750.000,-
Surat berharga Rp. 35.000.000,-
Piutang wesel Rp. 50.000.000,-
Piutang dagang Rp. 85.250.000,-
Persediaan barang dagang Rp.
135.750.000,-
Perlengkapan Rp. 6.000.000,-
Asuransi
dibayar dimuka Rp. 9.000.000,-
Jumlah asset
lancar Rp.
366.750.000,-
|
Investasi
jangka panjang Rp.
120.000.000,-
|
Asset
tetap
Tanah Rp.
125.000.000,-
Gedung Rp.
250.000.000,-
Akm. Penyusutan gedung Rp.( 75.000.000,-)
Rp.
175.000.000,-
Peralatan Rp. 90.000.000,-
Akm. Penyusutan peralatan Rp. (37.500.000,-)
Rp. 52.500.000,-
Kendaraan Rp.
150.000.000,-
Akm. Penyusutan kendaraan Rp.( 50.000.000,-)
Rp.
100.000.000,-
Jumlah asset tetap Rp. 452.000.000,-
Total Asset Rp.
939.250.000,-
KEWAJIBAN + EKUITAS
KEWAJIBAN
Kewajiaban jangka pendek
Utang wesel Rp. 45.000.000,-
Utang dagang Rp. 95.750.000,-
Utang gaji Rp. 7.800.000,-
Utang
bunga Rp. 6.750.000,-
Jumlah kewajiban jangka pendek Rp. 155.300.000,-
Kewajiban jangka panjang
Utang bank Rp. 150.000.000,-
Utang
obligasi Rp.
125.000.000,-
Jumlah kewajiban jangka panjang Rp. 275.000.000,-
Total kewajiban Rp. 430.300.000,-
EKUITAS (MODAL)
modal Rumantio Rp. 254.000.000,-
Modal Baskoro Rp. 152.685.000,-
Modal
Semam Wijaya Rp.
101.770.000,-
Jumlah Ekuitas pemilik Rp. 508.950.000,-
Total kewajiban + Modal Rp.
939.250.000,-
PT. DAGANG MAJU
NERACA
PER31 DESEMBER 2008
ASSET
Asset
lancar
Kas Rp. 30.250.000,-
Surat berharga Rp. 35.000.000,-
Piutang wesel Rp. 37.500.000,-
Piutang dagang Rp. 42.800.000,-
Persediaan barang dagang Rp.
110.000.000,-
Perlengkapan Rp. 4.500.000,-
Asuransi
dibayar dimuka Rp. 6.000.000,-
Jumlah asset lancar Rp. 266.000.000,-
Investasi
jangka panjang
Asset
tetap
Tanah Rp.
125.000.000,-
Gedung Rp.
250.000.000,-
Akm.
Penyusutan gedung Rp.( 90.000.000,-)
Rp.
160.000.000,-
Peralatan Rp. 90.000.000,-
Akm.
Penyusutan peralatan Rp.( 45.000.000,-)
Rp. 45.000.000,-
Kendaraan Rp.
150.000.000,-
Akm.
Penyusutan kendaraan Rp.( 60.000.000,-)
Rp. 90.000.000,-
Jumlah asset tetap Rp. 420.000.000,-
Total Asset Rp.
806.700.000,-
KEWAJIBAN + EKUITAS
KEWAJIBAN
Kewajiaban jangka pendek
Utang wesel Rp. 65.000.000,-
Utang dagang Rp.
125.950.000,-
Utang gaji Rp. 12.150.000,-
Utang
bunga Rp. 6.300.000,-
Jumlah kewajiban jangka pendek Rp. 209.400.000,-
Kewajiban jangka panjang
Utang bank Rp.
100.000.000,-
Utang
obligasi Rp. 75.000.000,-
Jumlah kewajiban jangka panjang Rp. 175.000.000,-
Total kewajiban Rp. 384.400.000,-
EKUITAS (MODAL)
Modal Rumantio Rp. 211.150.000,-
Modal Baskoro Rp. 126.690.000,-
Modal
Semam Wijaya Rp. 84.460.000,-
Jumlah Ekuitas pemilik Rp. 422.300.000,-
Total kewajiban + Modal Rp.
806.700.000,-
PT. DAGANG MAJU
NERACA
PER31 DESEMBER 2009
ASSET
Asset
lancar
Kas Rp. 42.600.000,-
Surat berharga Rp. 40.000.000,-
Piutang wesel Rp. 47.250.000,-
Piutang dagang Rp. 92.475.000,-
Persediaan barang dagang Rp.
140.215.000,-
Perlengkapan Rp. 7.000.000,-
Asuransi
dibayar dimuka Rp. 3.000.000,-
Jumlah asset
lancar Rp.
372.000.000,-
Investasi
jangka panjang Rp.
150.000.000,-
Asset
tetap
Tanah Rp.
125.000.000,-
Gedung Rp.
250.000.000,-
Akm.
Penyusutan gedung Rp.(105.000.000,-)
Rp.
145.000.000,-
Peralatan Rp.
120.000.000,-
Akm. Penyusutan peralatan Rp.( 54.500.000,-)
Rp. 65.500.000,-
Kendaraan Rp.
150.000.000,-
Akm. Penyusutan kendaraan Rp.( 70.000.000,-)
Jumlah asset tetap Rp. 415.500.000,-
Total Asset Rp.
938.040.000,-
KEWAJIBAN + EKUITAS
KEWAJIBAN
Kewajiaban jangka pendek
Utang wesel Rp. 52.500.0000,-
Utang dagang Rp. 100.820.000,-
Utang gaji Rp. 9.000.000,-
Utang
bunga Rp. 6.900.000,-
Jumlah kewajiban jangka pendek Rp. 169.000.000,-
Kewajiban jangka panjang
Utang bank Rp.
75.000.000,-
Utang
obligasi Rp.
115.000.000,-
Jumlah kewajiban jangka panjang Rp. 190.000.000,-
Total kewajiban Rp. 359.220.000,-
EKUITAS
(MODAL)
Modal Rumantio Rp. 289.410.000,-
Modal Baskoro Rp. 173.646.000,-
Modal
Semam Wijaya Rp.
115.000.000,-
Jumlah Ekuitas pemilik Rp. 578.820.000,-
Total kewajiban + Modal Rp.
938.040.000,-
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Suatu
perusahaan yang telah beroperasi harus memonitor setiap kegiatan perusahaan,
Manajemen Mempunyai pandangan dan sikap professional untuk memajukan dan
meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan. Pandangan dan sikap
tersebut dapat dinilai dari kesibukan
atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manajemen untuk selalu melihat,
meneliti, menganalisa, dan mengambil keputusan
atas laporan yang diterima.
Laporan yang
digunakan sebagai dasar untuk mengendalikan dan mengolah, dan mengarahkan
adalah berupa laporan keuangan. oleh karena itu, dalam suatu perusahaan di
perlukan analisis rasio likuiditas terhadap
laporan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui sejauh mana
perusahaan dapat memenuhi kewajibannya lancarnya demi menjaga kepercayaan para
kreditor jangka pendek.
A. LIKUIDITASI
LAPORAN KEUANGAN NERACA PT. DAGANG MAJU
Berdasarkan
data yang telah penulis peroleh (lihat bab V), maka dapat di buat suatu
analisis laporan keuangan berupa analisis rasio laporan keuangan dan dari
analisis tersebut akan dibuat suatu perbandingan terhadap likuiditasi laporan
keuangan neraca PT. Dagang Maju pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Berikut perhitungan analisis rasio :
·
Tahun
2007 = Rp. 2,36,-
Dari hasil perhitungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 1,- utang lancar perusahaan dapat dijamin
dengan Rp. 2, 36,- asset lancar.
·
Tahun
2008= Rp. 1,27,-
Dari hasil perhitungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 1,- utang lancar perusahaan dapat dijamin
dengan Rp. 1, 27,- asset lancar.
·
Tahun
2009=
Rp. 2,20,-
Dari hasil perhitungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 1,- utang lancar perusahaan dapat dijamin
dengan Rp. 2, 20,- asset lancar.
B. PERBANDINGAN RASIO
LIKUIDITASI TAHUN 2007, 2008 DAN 2009
Dengan melihat neraca PT. Dagang Maju dan
berdasarkan hasil perhitungan rasio keuangan di atas (rasio Likuiditasi), maka
untuk melakukan perbandingan terhadap hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
dengan membandingankan hasil perhitungan rasio likuiditasi antara tahun 2007,
2008 dan 2009.
pada tahun 2008 terjadi penurunan tingkat kemampuan
perusahaan untuk melunasi utang lancar atau kewajiban jangka pendeknya jika di
bandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007.
dari hasil
perhitungan likuiditasi tahun 2007 menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menjamin utang lancarnya dari asset tetapnya adalah Rp. 2,36,- atas setiap Rp.
1,- utang lancarnya, sedangkan pada tahun 2008 menujukkan bahwa setiap Rp. 1,-
utang lancar PT. Dagang Maju dapat dijamin dengan Rp. 1,27,- asset tetap. Jika
dibandingkan rasio likuiditasi laporan keuangan Neraca PT. Dagang Maju antara tahun 2007 dan tahun 2008, maka dapat
diketahui bahwa terjadi penurunan senilai Rp. 1,09,-.
Menurunnya tingkat
likuiditasi neraca perusahaan pada tahun 2008 disebabkan karena menurunnya
nilai asset lancar dan meningkatnya nilai utang lancar perusahaan. Hal ini
dapat diketahui dengan melihat neraca perusahaan yang telah disajikan
sebelumnya dalam bab V, menunjukkan bahwa :
1) pada
tahun 2007 asset lancar perusahaan mencapai Rp. 366.750.000,- dan pada tahun
2008 sebesar Rp. 266.700.000,-. Dengan demikian, telah terjadi penurunan
sebesar RP. 100.050.000,-.
2) pada
tahun 2007 utang lancar perusahaan sebesar RP. 155.300.000,-, sedangkan pada
tahun 2008 telah mencapai Rp. 209.400.000,- atau telah terjadi kenaikan sebesar
Rp. 54.100.000,-.
Dengan membandingkan rasio likuiditasi perusahaan antara
tahun 2009 dengan 2008, maka pada tahun 2009 berdasarkan hasil perhitungan
rasio likuiditasi pada laporan keuangan neraca perusahaan menunjukkan kenaikan.
berdasarkan hasil
perhitungan likuiditasi diatas yaitu pada tahun 2008 tingkat likuiditasi
laporan keuangan PT. Dagang Maju adalah Rp. 1,27,-, sebagaimana telah terjadi
penurunan dari tahun sebelumnya. Namun, pada tahun 2009 perusahaan tersebut
dapat meningkatkan kembali tingkat likuditasinya hingga mencapai RP. 2,20,
artinya telah terjadi kenaikan sebesar Rp. 0,93,-. Hal ini tentu perkembangan
yang cukup baik bagi perusahaan untuk kembali meningkatkan tingkat kepercayaan
para kreditor jangka pendeknya.
Kenaikan tingkat
likuiditasi laporan keuangan neraca perusahaan disebabkan karena terjadinya
kenaikan asset lancar perusahaan dan menurunnya kewajiban lancar perusahaan,
berikut :
1) pada
tahun 2008 asset lancar perusahaan adalah Rp. 266.700.000,- sedangkan pada
tahun 2009 adalah Rp. 372.540.000,- atau terjadi kenaikan sebesar Rp.
105.840.000,-.
2) utang
lancar perusahaan pada tahun 2009 sebesar Rp. 169.220.000,- dan pada tahun
sebelumnya (2008) telah mencapai Rp. 209.400.000,- atau terjadi penurunan
sebesar Rp. 40.180.000,-.
C.
PENURUNAN TINGKAT LIKUIDITASI PERUSAHAAN PADA TAHUN 2008 DISEBABKAN MENURUNNYA
MODAL PEMILIK
Modal sangat diperlukan dalam mendirikan sebuah usaha. Besar
kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari besar kecilnya usaha yang akan
didirikan. Banyak orang bilang bahwa modal tidak hanya berupa uang. Modal juga
bisa berupa keahlian, kemauan dan niat yang kuat, keberanian dan lain-lain
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal
individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari
perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Sedangkan
yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh
pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi.
PT. Dagang Merupakan perusahaan persekutuan yang mana pada
awalnya merupakan modal indivitu yaitu modal tuan Ruminto, tapi seiring
perkembangan perusahaan tersebut kemudian menjadi perusahaan persekutuan yang
mana didalamnya tidak lagi hanya terdapat modal Tuan Ruminto, melainkan juga
terdapat modal sekutu yaitu Tuan Baskoro dan Tuan Semam Wijaya.
Modal perusahaan dalam suatu neraca perusahaan dapat
berubah-ubah dan pada akhir periode dapat di ketahui apakah modal bertambah
atau mengalami penurunan? Modal perusahaan dapat bertambah apabila perusahaan
memperoleh keuntungan (laba) dan berkurang apabila perusahaan menderita
kerugian.
Jika dikaitkan dengan tingkat likuiditasi, likuiditasi
menurun karena terjadi kerugian (modal menurun) dan sebaliknya meningkat karena
modal bertambah (laba). Dari penelitian terhadap laporan keuangan neraca PT.
Dagang Maju diperoleh hasil bahwa pada tahun 2008 telah terjadi penurunan
tingkat likuiditasi yang diiringi dengan penurunan modal masing-masing pemilik
modal perusahaan, sedangkan pada tahun 2009 modal bertambah dan tingkat
likuiditasi perusahaan juga meningkat.
Sebagaimana dalam neraca PT. Dagang Maju Menunjukkan modal
masing-masing pemilik pada akhir periode 2008 sebesar :
Modal
Ruminto Rp. 254.475.000,-
Modal
Baskoro Rp. 152.685.000,-
Modal
Semam Wijaya Rp. 101.790.000,-
Jumlah Rp.
508.950.000,-
Bila dibandingkan dengan tahun 2008,
masing-masing sekutu (pemilik) memiliki modal sebesar :
Modal
Ruminto Rp. 211.150.000,-
Modal
Baskoro Rp. 126.690.000,-
Modal
Semam Wijaya Rp. 84.460.000,-
Jumlah Rp.
422.300.000,-
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa modal perusahaan
(masing-masing sekutu) menurun yang disebabkan oleh kerugian yang ditanggung
perusahaan pada tahun 2008. penurunan modal adalah sebesar Rp. 86.650.000,-
atau 17,03 %. Berikut rincian perhitungan
penguran modal masing-masing sekutu berdasarkan % (rasio) kepemilikan 5:3:2 :
Modal
Ruminto Rp. 86.650.000,-
X 5 / 10 = Rp. 43.325.000,-
Modal
Baskoro Rp. 86.650.000,-
X 3 / 10 = Rp. 25.950.000,-
Modal
Semam Wijaya Rp. 86.650.000,- X 2 /
10 = Rp. 17.330.000,-
Penurunan tingkat likuiditasi dikatakan menurun karena
penurunan modal sebab likuiditasi dapat ditingkatkan dengan cara menambah
modal. Sebagaimana hasil perbandingan diatas telah diketahui bahwa modal
perusahaan berkurang karena mengalami menderita kerugian pada tahun 2008
sehingga mempengaruhi tingkat likuiditasi Laporan keuangan neraca PT. Dagang
Maju pada tahun 2008 yaitu menurun.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan hasil
pengolahan data laporan keuangan neraca PT. Dagang Maju pada dasarnya
perusahaan dapat menjamin utang lancar/kewajiban lancarnya dengan asset lancar
yang dimilikinya, ini dapat dilihat berdasarkan hasil perhitungan rasio
likuiditasi. Dari analisis tingkat likuiditasi laporan keuangan neraca PT.
Dagang Maju menunjukkan beberapa hal sebagai berikut :
1. kemampuan perusahaan untuk
membayar utang lancarnya dengan asset lancarnya yang dimiliki oleh perusahaan
dapat dilihat dari laporan keuangan yang layak. sebagaimana dari hasil
perhitungan rasio pada tahun 2007, 2008 dan 2009 perbandingan antara asset
lancar dan utang lancar masing-masing 2.36 : 1, 1.27 : 27, 2.20 : 1. Artinya
perusahaan masih bias menjamin utang lancarnya dengan asset lancar yang
dimiliki oleh PT. Dagang Maju.
2. Berdasarkan analisis rasio
likuiditasi PT. Dagang Maju pada tahun 2007, 2008 dan 2009 telah terjadi
penurunan tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban lancarnya pada
tahun 2008 yang disebabkan oleh menurunnya asset lancar perusahaan yang
diiringi dengan kenaikan jumlah utang lancar perusahaan. Namun, pada tahun 2009
perusahaan kembali menunjukkan hasil yang baik yaitu naiknya tingkat
likuiditasi neraca perusahaan.
3. Tingkat likuiditasi PT.
Dagang Maju mengalami penurunan dan kenaikan pada tahun 2007,2008 dan 2009 yang
disebabkan oleh naik turunnya nilai aktiva lancar perusahaan, kewajiban lancar
perusahaan dan modal masing-masing pemilik (lihat bab V : hasil penelitian dan
pembahasan).
B. SARAN
Berangkat dari teori, pembahasan dan
kesimpulan maka penulis memberikan sumbangsi berupa saran kepada PT. Dagang
Maju mengenai pentingnya akuntansi keuangan untuk menciptakan akuntabilitas
antara lain:
1. Agar laporan keuangan
perusahaan menghasilkan informasi yang relevan, maka laporan keuangan tersebut
harus sepenuhnya mengacu pada standar akuntansi keuangan yang mengacu pada standar akuntansi keuangan yang berlaku
umum.
2. PT. Dagang Maju dimasa-masa
yang akan datang sebaiknya menganalisis rasio keuangan terhadap laporan
keuangan khususnya rasio likuiditasi, hal ini untuk tetap mengukur kemampuannya
untuk memenuhi kewajiban lancarnya demi menjaga kepercayaan para kreditor
jangka pendek.
3. Perlu adanya pendidikan dan
pelatihan bagi karyawan perusahaan yang berkaitan dengan peningkatan pemahaman
khususnya bagian akuntansi yang melakukan pencatatan, sehingga laporan keuangan
yang dihasilkan efektif untuk penyajian keputusan yang strategis.
Sunber :google.com